Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

SO7 : Pertama dan Selamanya

Gambar
Diakui atau tidak, semua orang pasti pernah yang namanya ngefans sama orang. Melewati masa-masa mengagumi idol, mengimitasi, mengikuti, bahkan memuja tokoh-tokoh terkenal yang biasanya sejenis artis atau penyanyi. Buatku ngefans sama orang itu wajar-wajar aja. Kenapa? Karena aku pernah ada di posisi mereka :p Sheila On 7? Sebenarnya ngefansku pada mereka terjadi secara tidak sengaja. Berawal dari kelas tujuh SMP, waktu itu guru Bahasa Indonesia nyuruh kami buat nulis surat untuk idola. Aku yang notebene nggak mengikuti perkembangan zaman, bahkan penentang aliran idolisme garis keras, langsung bingung, panik, gigit jari, sampai pengen jambak rambut kuntilanak saking frustasinya. Aku bener-bener nggak punya idola waktu itu selain Rasul dan Bapakku. Sumvih! Masak iya nulis surat buat Rasul? Rasul emang bisa Bahasa Indonesia? Lagipula beliau sudah meninggal sejak berabad-abad lamanya. Nulis surat buat Bapak? Hello... syaratnya kan orang terkenal... siapa coba yang kena

[ Inilah Aku! ] : Kita Hidup Butuh Orang Lain

Gambar
      “Hakekat manusia sebagai makhluk sosial ini, maksudnya adalah bahwa seorang individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain... jadi....”       Hoahhh... aduh, dengerin Bu guru dari tadi ngantuk juga lama-lama. Wettsss... jangan ditiru! Ini adalah kebiasaan buruk yang tidak patut terlabel pada diri seorang siswa. Oke? Oke? Sipp!! Tapi, bener juga tuh si Aristoteles mengatakan manusia sebagai makhluk zoon politicon . Tidak dapat hidup tanpa orang lain. Wuahhh... so swiit banget! :D Tapi beneran temen-temen! Cerita ya... Ketika itu, aku ditinggal Ibu dan adikku ke tempat keluarga Magelang sono. Yah... gitu, deh. Ngapa-ngapain harus sendiri. Ya ampun... padahal waktu itu kegiatan sekolah lagi padet-padetnya. Pulang sekolah, langsung praktikum, ngerjain tugas, Pe-eR, belum juga kalau ada ulangan. Hmmm... dan pada waktu itu ulangannya ngantri beruntututan. Haduh... baru aja pulang sekolah, si buku sudah meronta-ronta untuk disentuh. Eehhh... lemari

[ Inilah Aku! ] : The Real Of Love

Gambar
Di tengah malam, aku terbangun. Entah, akhir-akhir ini aku merasa ada sebuah kekuatan yang selalu membangunkan aku. Tapi kali ini karena rasa sakit yang kurasakan. “Hhh....” Desahku sambil menahan rasa sakit. Kepalaku berdenyut hebat. Tulang-tulangku terasa nyeri dan terasa sakit bila kugerakkan. Badanku begitu remuk, bak sehabis jatuh dari ketinggian ribuan kilometer dan terhujam di bebatuan yang amat curam. Otot-ototku terasa kaku. Tiba-tiba, denyutan itu kian menggila. “Mak...,” panggilku pada ibuku dengan berat. Tak ada jawaban. Terang saja, semua tentu tertidur lelap di tengah malam begini. Namun aku berusaha memanggil ibu kembali. Kali ini, ia menyahut. Terdengar bunyi langkah kaki menuju kamarku. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa keperbuat hanyalah mengeluarkan desahan. Mendengarnya, Ibu memegangi kepalaku. Entah mengapa, aku merasa lebih baik saat itu. Dia bergumam, entah apa. Yang itu membuat telingaku ikut nyeri dan berdengung. Ibu berjalan dan menuju alma

[ Cerpen ] : My Sweet Rain

Gambar
Sudah cukup lama aku mematung. Rasa pegal tak juga mampu membuatku enyah. Mataku fokus memandangi udara hampa di hadapan meskipun orang yang kuharapkan tak juga muncul dalam bayangan. Udara dingin mengusikku, membuatku mendongak hingga kutemukan segerombolan awan kelabu berjajar pekat di atasku. Aku menghela napas, kembali memandangi hamparan daratan yang luasnya tak sanggup dicapai oleh indra penglihatan. “Woy, Luuut! Jadi berangkat nggak, nih?” tanya seseorang dari arah belakang yang membuatku menoleh. Kupandangi ia sekilas, tersenyum asimetris, kemudian kembali memandangi apa yang semula aku pandangi. Kumasukkan kedua tangan ke saku celanaku. “Keburu hujan ini, Broh!” seru Amir seraya menepuk pundakku. Menyaksikan ketermenunganku, Amir melingkari pundakku. “Udahlah... Lian bakalan baik-baik aja di sana!” hiburnya seakan tahu apa yang berkecamuk di dalam pikirku. Aku hanya tersenyum kecut. “Cuma empat tahun, elah! Masak ngampet bentaran nggak bisa, sih!?” celetuk Amir disus

[ Inilah Aku! ] : Lakukanlah Walau Sampai Terkesot-Kesot

Gambar
Pening begitu kuat aku rasakan. Jari-jariku seakan ingin lepas dari telapakku. Begitu pegal amat-sangat. Punggungku begitu remuk. Seakan tak kuat lagi untuk menegakkan badanku. Namun semua itu aku tahan. Terus aku tahan sampai selesai nanti. Aku tak peduli. Yang penting... ini semua harus jadi. Malam ini! Aku tetap bertahan, terus bertahan, hingga akhirnya... huaahhh. Akhirnya! Selesai! Oke, itu alay. Tapi siapa yang tahu sob kalau semua itu pernah engkau rasakan? Kalian rasakan!? Menyelesaikan segala sesuatu harus pada saat itu. Yang tadi itu adalah aktivitasku. Target menulisku. Aku bertekad pada suatu pagi, hari ini pasti rampung! Padahal nih... baru sampai klimaks. Gila banget, kan? Gimana coba penyelesaiannya? Tapi, hari ini ya hari ini. Tak paksain ni otak. Juga jari, beserta tubuhku. Semua! Mereka kuajak bersusah payah merampungkan novelku. Kurang kerjaan banget, kan? Besok pagi aja bisa. Kan masih ada libur seminggu lebih tu. Eeitts! Komitmen ya tetap komitmen. Yah.