[ Inilah Aku! ] : Kita Hidup Butuh Orang Lain
“Hakekat manusia
sebagai makhluk sosial ini, maksudnya adalah bahwa seorang individu
tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain...
jadi....”
Hoahhh... aduh,
dengerin Bu guru dari tadi ngantuk juga lama-lama.
Wettsss... jangan
ditiru! Ini adalah kebiasaan buruk yang tidak patut terlabel pada
diri seorang siswa.
Oke? Oke?
Sipp!!
Tapi, bener juga tuh
si Aristoteles mengatakan manusia sebagai makhluk zoon
politicon.
Tidak dapat hidup tanpa orang lain. Wuahhh... so swiit banget! :D
Tapi beneran
temen-temen! Cerita ya...
Ketika itu, aku
ditinggal Ibu dan adikku ke tempat keluarga Magelang sono. Yah...
gitu, deh. Ngapa-ngapain harus sendiri. Ya ampun... padahal waktu itu
kegiatan sekolah lagi padet-padetnya. Pulang sekolah, langsung
praktikum, ngerjain tugas, Pe-eR, belum juga kalau ada ulangan.
Hmmm... dan pada waktu itu ulangannya ngantri beruntututan. Haduh...
baru aja pulang sekolah, si buku sudah meronta-ronta untuk disentuh.
Eehhh... lemari makanan memanggilku. Mengingatkan aku bahwa ada lauk
yang harus aku panaskan. Tak tinggal tu buku. Entah, aku asal
meletakkan lauk itu berikut wadahnya, diatas kompor. Wkwkwk. Payah
banget, kan? Tak peduli sebagus apapun panci itu yang penting tak panasin. Dan ketika kulihat
pancinya mulai gosong, baru segera kuangkat.
Haduhh... pengawuran
banget, kan?
Gila, bok! Aku
bener-bener sendiri kali ini. Bapak nggak pulang pula. Masak-masak sendiri, makan-makan sendiri. Nyuci baju sendiri,
tidurpun sendiriii. Ya ampun....
Oh Ibu, aku tak
berdaya tanpa ada engkau di sisiku. Aku sungguh tak bisa apa-apa
tanpa segala bantuan dan kasih yang senantiasa engkau berikan setiap
waktu. Tapi kini, ohhh... engkau harus pergi menunaikan sesuatu yang
itu jauh dariku. Hooohhhh. : ́ (
Iya atau tidak itu
adalah benar. Semua begitu berantakan tanpa ada Ibu. Lantai begitu
kotor setiap hari tanpa ada Ibu (hehe... aku kan sekolah, sob! Bukan
nggak mau nyapuin :) !). Pakaian-pakaian berserakan tanpa ada Ibu.
Pakaian kotor begitu menumpuk tanpa ada Ibu. Dan dengan penuh peluh
lagi perjuangan, akulah yang membereskan dan merampungkan semua. Ya,
semua! Sampai aku begitu bingung. Mana yang harus kubereskan terlebih
dahulu. Aku tahu bahwa manajemenku tak sesempurna Ibu. Begitu
berantakan dan nggak mutu. Bener-bener amburadul-dul-dul!!
Dan yang paling
mengerikan adalah... karena aku begitu sibuk dengan pekerjaan rumah
dan sekolahku, sampai aku lupa tidak menggosok gigiku! Aku teringat
baru satu kali saat ingin berangkat sekolah. Itu thok, selebihnya aku
lupa. Benar-benar lupa. Dan semua itu terjadi hanya gara-gara tidak
ada Ibu. Badanku yang sudah remuk, tambah remuk.
Kacau banget kan,
sob!?
Kita kadang
menyepelekan segala sesuatu yang sebenarnya kita tak bisa apa-apa
tanpanya. Kita anggap bahwa diri kita mampu segala hal ‘tanpa’
seseorang yang membantu. Kita bisa bekerja dengan sempurna tanpa dia,
dan tanpa ada campur tangan mereka. Pokoknya diri
kita serba bisa. Dan itu mungkin benar, bisa jadi salah. Buatku, itu
semua adalah salah.
Aku butuh Ibu,
Bapak, keluarga, teman, juga semua. Aku butuh semua. Tak terkecuali
juga segala hal yang menurut orang itu tidak penting, namun bagiku
amat penting. Apa enaknya coba hidup di dunia sendiri? Masak-masak
sendiri, makan-makan sendiri. Ehhh....
“Tak ada
keberhasilan kecuali ada konstribusi orang lain di dalamnya...,”
kata Bang Fatan dan Bang Deniz menyela dalam bukunya.
Yapp! Tak ada suatu
kesuksesan pun di dunia ini, melainkan ada kerjasama dan dukungan
antar manusia. Mau diakui atau tidak, begitulah adanya.
Kita sadar jasa-jasa
orang-orang yang ada di sekitar kita ketika mereka tak ada di samping
kita. Tak ada, baik pergi ke suatu tempat karena suatu hal, ataupun
pergi menghadap Rabb yang Maha Kuasa. Baru deh tu... orang yang
selama ini kita pandang dengan mata tertutup, akan muncul di
bayang-bayang berikut segala keluhuran jasa-jasanya. Dan itu terjadi
padaku. Bisa jadi padamu dan mereka.
Semua begitu
mengharukan saat dia terbayang dalam setiap lamunan di setiap
hembusan nafas. Yang kita ingat, dia-dia dan dia. Dia begitu berarti
bagi kita.
Bukan hanya dia,
tapi juga mereka. Kita baru sadar bahwa kita amat-sangat membutuhkan
dia dan mereka. Mereka sungguh berharga. Gara-gara mereka nggak ada,
kita jadi nggak berguna!
Kita nggak bisa
teman... hidup sendiri di dunia ini. Maka dari itulah, dengan bijak
Allah menciptakan kita di tengah-tengah keluarga. Dijadikan-Nya kita
ini bergerombol-gerombol. Saling bahu-membahu antara lain dan yang
satu. Kita hidup juga nggak untuk diri kita sendiri. Karena kadang,
kita-lah sebab orang lain itu sukses, atau justru sebaliknya. Kita
dicipta juga untuk mereka!
Oleh karena itu,
dalam uraian kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa...
Ehhh... terlalu.
Seperti biasa aja,
ya.
Jadi... jangan
sekali-sekali kita sia-siakan mereka. Mumpung
mereka masih berdiri tegak di samping kita, jangan pernah melukai dan
buatlah mereka merasa menjadi orang yang berarti. Bagi hidupmu, dan
hidup orang-orang yang dia cinta.
Setuju banget. Soalnya gue udah ngalamin gimana ditinggal sama orang yang paling kita sayang dan penting banget dalam hidup. Itu jadi pelajaran gue untuk lebih menghargai ''keberadaan'' seseorang :))
BalasHapussip. kita sama-sama belajar kak :) sama-sama belajar buat menghargai apa-apa yang emang pantas kita hargai. semangat!
HapusRandom sih, dari tentang kesendirian sampe menderita nggak bisa masak. Tapi kocak haha
BalasHapusBegitulah arti seseorang.. Baru merasa kehilangan, ketika seseorang itu telah pergi atau tiada :')
iyup. maka dr itu kita kudu memberikan yang terbaik untuk mereka, selagi mereka masih ada :)
BalasHapusAku harus bersaksi tentang perbuatan baik dari Ibu Amanda Amanda Badan Kredit. Saya Husnah dan saya mengambil waktu saya keluar untuk bersaksi Ibu Amanda karena dia akhirnya menawarkan apa yang tidak ada orang lain bisa.
BalasHapusSaya dan suami saya masuk ke utang yang sangat besar dengan debitur dan Bank dan kami mencari pinjaman dari perusahaan pinjaman yang berbeda tetapi semua datang ke sia-sia. sebaliknya mereka membawa kita ke dalam lebih banyak utang dan berakhir meninggalkan kami bangkrut sampai saya datang di kontak dengan Ibu Amanda, Dia menawarkan saya pinjaman meskipun pada awalnya saya takut itu akan berakhir seperti setiap perusahaan pinjaman lain saya datang di tapi dia tidak seperti mereka. Sekarang kita telah akhirnya menetap utang kami dan memulai bisnis baru dengan uang yang tersisa dari pinjaman.
Hubungi Ibu Amanda melalui salah satu email berikut. amandaloan@qualityservice.com atau Anda dapat menghubungi saya melalui email saya untuk arahan lebih lanjut ikmahusnah@gmail.com