Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

[ Membunuh Perasaan ] : Kematian 'Si Pembuat Ulah'

Gambar
 EPISODE 1 | EPISODE 2 | EPISODE 3 Saya bukan perempuan serba kuat, yang dengan mudah bisa rela dan ikhlas begitu saja. Kadang rasa ini masih dikotori oleh perasaan egois, yang sebenarnya sangat tidak layak saya miliki. Merasa cemburu itu wajar bukan? Tapi saya tidak berhak merasakan hal itu sama sekali. Kenapa? Karena kamu. Bukan. Milik saya. Hal itu lah yang membuat saya cepat-cepat ingin menyingkirkanmu dari hati saya, pikiran saya, bahkan mata saya. Kata orang, jatuh cinta itu tidak pernah tepat waktu. Ketika kamu jatuh cinta pada seseorang, belum tentu orang yang kamu jatuhi cinta itu juga merasakan hal yang sama. Maka saya anggap ini bukan waktunya. Dalam masa melepaskan diri darimu itu, saya membutuhkan teman untuk membimbing saya. Pada suatu malam, saya jujur pada salah seorang teman, “Aku lagi pengen… ngelupain seseorang.” Teman yang menjadi karib saya sejak SMA itu mengernyitan dahi, “Maksudnya?” “Memutuskan harap pada manusia,” ungkapku dengan napas be

[ Membunuh Perasaan ] : Ingin Berhenti

Gambar
EPISODE 1 | EPISODE 2 Kamu… apa kabar? Saya merindukan rentetan laporan keluh kesahmu sekaligus momen saat kita saling berbagi beban dan ketidakkuasaan. Karena untuk sekarang, sepertinya hal itu sudah tak mungkin lagi kita lakukan. “Menurutmu gimana?” “Aku bingung harus jawab apa.” “Kamu udah tahu belum…?” “Kamu harus kuat. Cuma kamu satu-satunya yang bisa aku andelin.” “So what? Emang aku mikirin?” “Jangan gitu. Kamu nggak boleh nyerah… aku semangatin!” Kata-kata yang masih lekat dalam ingatan saya berikut bagaimana kamu mengucapkannya. Sering kita berdiskusi, atau hanya mengobrol, mulai dari yang serius sampai remeh temeh. Baik langsung, atau pun hanya lewat pesan chatting . Kadang saya khawatir… khawatir jika saya terlalu bergantung padamu. Saat ini pun saya sadar bahwa dosa terbesar saya bersamamu adalah menceracau hingga dini hari sampai lupa waktu hampir setiap hari. Hal besar yang kamu ajarkan pada saya adalah menahan diri untuk tidak menguraikan kesulit

[ Membunuh Perasaan ] : Rasa yang Terpantik

Gambar
PREVIOUS EPISODE - PROLOG Sabtu, 24 Oktober 2015 Hari itu untuk pertama kalinya saya bersitatap denganmu. Kemeja batik dan celana kain hitam adalah setelan yang hari itu kamu kenakan, demikian juga dengan saya: kerudung hitam, baju batik, dan rok kain hitam. Kita berkesempatan menjadi sebuah tim dalam sebuah internship di salah satu stasiun televisi nusantara. Kita jadi gembalaan yang harus siap sedia dan menurut untuk disuruh apa saja. Interaksi kita hanya sebatas temu waktu itu, tanpa senyum apalagi sapa. Hal yang membuat saya terkesan padamu adalah bahwa kamu orang yang profesional, humoris, dewasa, totalitas, santai, dan yang terpenting tidak modusan . Enam bulan kemudian, panggilan untuk menjadi bagian dari crew yang sesungguhnya sama-sama kita terima. Dalam tim produksi, saya dan kamu memulai uraian benang kenangan ini. “Rin, udah selesai?” “Rin bantu ini, ya?” “Rin yang nyerahin ini ke editor kamu aja gimana?” “Rin tolong….” Begitu permintaanmu pada saya ya

[ Membunuh Perasaan ] : Prolog

Gambar
Mencintai dengan tenang. Salahkah? Karena yang merugi aku, tahu benar itu Tapi mengapa hati ini tetap memilih apa maunya, meski larut dalam pilu? Jika mencintaimu dengan tenang membuatku belajar bagaimana cara menjaga dan mengelola diri untuk tumbuh dewasa, Maka... Bolehkah aku mencintaimu dengan tenang? Senin,7 Agustus 2017 pukul 22:08 Saya tertawa kecut, pahit, dan juga... sedikit -masih terasa- manis sebenarnya. Membaca seluruh baris-baris kalimat yang saya simpan di note ponsel saya. Sungguh ironis sekaligus tragis. Saya masih ingat benar bagaimana euforia hati saya saat menuliskan ini semua. Yang tadi hanyalah satu diantara puluhan.  Pun saya tidak menyangka, bagaimana juga kamu yang nggak ada romantis-romantisnya sama sekali  bisa jadi sumber curahan inspirasi sajak-sajak saya? Lagi, ingatan ini kembali padamu. Bahkan saya merasa sakit jiwa menyadari tingkah saya sendiri: tidak bosan membaca berulang-ulang sajak yang saya tulis dan beberapa kali-sering memb