Ketika Yang Muda Tidak Tahu Tentang Tata Krama


Ketika Yang Muda Tak Tahu Tentang Tata Krama
By : Zayan Nur Ansito Rini =D
Kebudayaan merupakan karakter sebuah bangsa karena kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang murni dari suatu bangsa. Dari kebudayaan itulah kepribadian suatu bangsa dapat dilihat. Darinyalah suatu negara dapat dikatakan hebat, karena membuat masyarakat dunia terkagum-kagum dan memberikan standing applause-nya dengan kuat. Budaya adalah kekayaan negara yang amat berharga. Budaya merupakan nyawa dan mutiara. Darinyalah segala prestasi dapat terukir, sehingga membuat warganya menjadi bangga.
Indonesia adalah negara seribu budaya. Berbagai macam budaya dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, dari sabang sampai merauke. Yang unik hingga rumit. Dari yang lemah gemulai hingga yang enerjik. Semua berpadu membentuk suatu harmoni budaya yang amat luar biasa. Mulai dari tarian, lagu tradisional, rumah adat, dan makanan khasnya. Semua itu adalah ciri khas bangsa indonesia. Dari semua itulah indonesia dapat dikenal masyarakat dunia.
Kian hari, tekhnologi informasi kian maju. Arus globalisasi dan membawa aliran-aliran baru diantaranya yaitu modernisasi dan konsumerisme. Pola ini menyebabkan pergeseran norma - norma dan kebiasaan dalam maasyarakat. Berbagai bentuk kebudayaan asing merambah ke berbagai daerah dengan bebas dan mudah. Budaya itupun dengan cepat mampu membawa pengaruh terhadap diri masyarakat khususnya kawula muda. Mereka cenderung membiasakan budaya asing yang dia terima. Mereka tanpa sadar jauh meninggalkan kebiasaan yang merupakan jati diri bangsanya. Lambat laun hal yang kecil pun mereka tinggalkan. Bahkan tak sedikit generasi muda yang tidak mengenal apa saja yang diwariskan oleh para leluhur kita. Fakta ini tentu menyedihkan dan mengenaskan, bahkan jika diungkapkan dengan jujur, banyak para putra - putri bangsa khususnya anak - anak jawa, jarang atau bahkan meninggalkan tata krama.
Tata krama adalah etika yang luhur. Dengan tata krama kita mampu menunjukan kehormatan kita pada seseorang. Dengan tata krama kita akan menjadi pribadi yang tertata, dipandang arif , terpelajar dan bijaksana. Kalau dikaitkan dengan kehidupan generasi muda saat ini, hal tersebut jauh berbeda. Pola dan gaya hidup generasi muda saat ini cenderung banyak yang tidak memperdulikan lagi tata krama tersebut. Generasi muda saat ini seolah-olah merasa ‘masa bodoh’ dan acuh, serta tidak mau dikekang dengan semua itu. Hal tersebut sesuai dengan apa yang mereka pelajari pada budaya asing, “ Hidup gue, semau gue”. Kalau sudah begini keadaanya akan terasa berat upaya untuk memberlakukan tata krama bagi generasi muda. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi generasi muda diantaranya melemahnya ciri – ciri dan jatidiri yang asli sesuai asal daerah. Bagaimana orang bisa tahu bahwa dia anak jawa atau bukan, karena tak nampak atau bahkan jauh dari karakter jawa sendiri ? Bagaimana suatu adat kesenian, kepribadian dan cirri khas suatu daerah bisa dibanggakan apabila anak negerinya saja tidak menghidupkan bahkan tidak mengenalnya sama sekali?
Orang jawa itu dipandang sopan , beretika dengan andap asor. Orang jawa itu terkenal ramah dan ‘ngajeni’, serta terlihat lugu dengan pakaian tradisionalnya. Betapa bangganya kita sebagai orang Jawa. Namun mengapa kita justru lebih bangga jika mampu mengikuti trend? Bangga mengenal lagu Avriel Lavigne, Avenged sevenfold, Superjunior, dan sederetan penyanyi luar lainya. Tanpa tahu betapa indahnya makna-makna yang terkandung dalam tembang – tembang mocopat, seperti Dhandhang gulo, gambuh, sinom, Kinanti, mas kumambang, pocung dan asmarandana. Bangga apabila melihat film laga yang dimainkan oleh Angelina Joulie, Celena Ghomes, Kimbum dan lain sebagainya. Tanpa tahu betapa dasyatnya falsafah yang dimiliki oleh para tokoh wayang seperti pendawa lima, gathut kaca, punakawan dan tokoh - tokoh yang lain. Generasi muda saat ini cenderung mengacuhkan budaya sendiri karena malu dianggap kuno dan jadul. Mereka tidak mau dibilang ketinggalan jaman. Begitu negara lain mengklaim, kita baru merasa dirugikan dan beramai – ramai untuk protes dan mengadakan demo. Pada hal tersebut disebabkan karena kelalaian dan kelengahan kita dalam melestarikan kebudayaan sendiri. Jangan jadi pemuda yang hanya bereaktif, tetapi juga harus pro-aktif. Jangan biarkan kebudayaan kita yang adiluhung hilang.
Tidak harus jadi budayawan, asalkan kita ikut berpartisipasi aktif. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang paling kecil, dan mulai dari sekarang. Begitulah AA Gym berkata. Mulai dari diri sendiri, artinya kita mulai dari pribadi kita, jangan melihat orang lain. Biarkan orang berkata apa, biarkan dibilang jadul dan kuno. Kalem aja, “ aku cinta Indonesia”. Mulai dari yang paling kecil, salah satunya adalah tatakrama ini. Dengan tatakrama kita bisa menunjukan identitas kita. Dengan tatakrama kita mampu menjunjung kearifan lokal dan menjaga kelangsungan budaya serta adat istiadat, sehingga karakter kita sebagai masyarakat Jawa, tidak akan luntur sampai anak cucu kita. Banggalah dengan Indonesia, banggalah dengan budaya Jawa, dan banggalah menjadi anak Jogja. Lihatlah betapa banyak kesenian yang memuat berbagai pesan moral yang tidak pernah kita temukan negara lain. Mulai dari sekarang, jangan tunggu sampai Negara lain mengklaim. Jangan tunggu komando dari pemerintah. Tentunya kita tahu bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.
Referensi :
http://m.kompsiana/pos/sosbud/2012/06/20/jangan-latah-dan-mencaci-malaysia-tanyakan-dulu sejauh-mana-kita-mengapresiasi-budaya-daerah.
http : // semangatku.com/128/sosisl-budsys/mengenal-tata-krama-etika-dan-sopan-santun-jawa/
http://jawaku.site88.net/faktor-penyebab.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SO7 : Pertama dan Selamanya

FREEDAY OR ANIDAY WHATEVER

Nggak Penting~