[ Ngoceh ] : Are You Crazy Looking for Something That Doesn't Know Where to Look Called "Judul Skripsi"?

Semakin diurai semakin abstrak
Kemana dan bagaimana saya harus membuat ini semua jelas tanpa keraguan?
Setiap kepala ini terkoneksi dengan hal itu, ada aliran yang seperti menyengat
Menyulut urat-urat
Bergolak hebat
Bergumul dalam dada dan melemahkan yang sebelumnya kuat
Harus mendekam ke mana lagikah saya?
Atau…
Harus berguling-guling seperti apakah saya?
Jika boleh saya mengatakan sesuatu padamu:
Bisakah kamu datang dengan anggun dan elegan?
Saya akan berusaha menjemput atau pun menunggumu dengan sabar
Asal ketika kita bertemu, kamu memang yang terbaik dan tidak sedikit pun menyulitkan aku

(Ansito Rini, dalam kebingungan dan ketidakwarasan mental)




Apakah kamu termasuk mahasiswa semeter tua?
Emm, sebaiknya kita definisikan dulu mahasiswa semeter tua di sini, atau… kita batasi dulu mahasiswa tua yang dimaksud itu yang bagaimana. Hm. Oke. Sepertinya aku sudah mulai terkena dampak proposal skripsi.

Kamu mahasiswa semester enam?
Mahasiswa yang hampir mendekati tua?-karena ketika kamu melihat ke bawah, mereka-mereka manggil kamu ‘mbak/mas/kak’ atau ketika kamu lihat ke atas, orang-orang yang kamu panggil demikian udah mulai berguguran-satu persatu dari mereka mulai lulus?

Kalau iya, berarti kamu senasib denganku.

Semester enam ini, hal yang paling banyak memenuhi pikiran adalah mikir judul skripsi.
Fyi, aku kuliah di Pendidikan Matematika UNY. Prodiku yang sungguh sangat super dan baik hati memiliki sebuah program yaitu mengusahakan mahasiswa-mahasiswanya supaya maksimal lulus empat tahun. Salah satu wujud dari upaya itu adalah menyelenggarakan mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika dan Metodologi Penelitian Pendidikan di semester enam. Kedua mata kuliah itu saling berkesinambungan, bersinergi, sedemikian sehingga di akhir semester tersebut proposal skripsi mahasiswa pendidikan matematika sudah final… udah fix Bab I-Bab III. Harapannya, sih.
Di mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika, lebih fokus ke Bab I-Bab II, tentang penggalian masalah dan kajian teori. Sedangkan di Metodologi Penelitian, lebih ke Bab III, meskipun tetap mempelajari gimana mengenali, mengidentifikasi, dan menggali permasalahan/isu-isu yang ada di lingkungan sekitar dan literature review. Proyek akhir dari mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika adalah mempresentasikan masalah yang kita gali, sedangkan Metode Penelitian adalah proposal penelitian. So, komplit sudah. Jika kamu bisa memanfaatkan kesempatan di kedua mata kuliah itu, skripsimu akan isis. Sembribit. Lancar jaya! Walaupun, masalah yang kamu cetuskan di kedua mata kuliah itu sebenarnya bukan final decision, karena pada nyatanya judul belum fix dan kita udah diminta presentasi di Seminar Pendidikan Matematika. Tapi ketika judul udah fix, yaudah, kita harus fokus ke situ.

Minggu besok, awal April, adalah deadline pengumpulan usulan 3 judul skripsi. Sistem pengajuan judul di jurusanku begini: mahasiswa mengusulkan 3 judul skripsi ke jurusan-mahasiswa bebas milih dosen pembimbing-jurusan bebas milih judul yang diajukan atau bahkan bebas menolak-jurusan bebas menempatkan mahasiswa ke dosen mana saja. Ingin tertawa? Silakan saja.
Aku ingat sekali pada Rabu, 14 Maret 2018 malam, aku bilang ke temen sekamar kosku-yang merupakan adek tingkat sekaligus mantan staffku: “Dek aku nggak akan mau pulang ke kos sebelum dapet ide”. Why aku senekat itu? Karena keesokan harinya kuliah Seminar Pendidikan Matematika, dan minggu sebelumnya dosen memerintahkan kami untuk membawa bekal berupa ide. Tekadku adalah: nggak mau berangkat dengan tangan kosong. Setidaknya aku harus mendapatkan sesuatu… hasil… komentar… saran!
Kebetulan, ternyata Naila-adekku itu juga sedang lembur tugas di foodcourt. Posisiku di Plaza UNY, sekitar 100 meter dari foodcourt. Di meja-kursi depan Plaza aku duduk sendiri-ditemani orang-orang yang tak kukenal di meja lain. Aku menyangga kepalaku saking nggak kuasa menahan beban kepala, nyecroll dan konsentrasi baca jurnal lewat ponsel. Sebenarnya aku udah ada satu ide, tapi belum mantep. Maka aku coba baca sebanyak mungkin referensi biar wawasanku semakin clear atau pun terbuka. Baru ketika sudah jam sembilan malam, aku beranjak dari Plaza dan bergabung dengan Naila dan kawannya di foodcourt. Aku baca jurnal sambil tidur, karena gazebo foodcourt lumayan luas dan sudah mulai sepi. Entah berapa lama, saking muaknya sampai aku berpikir untuk tidur di situ-karena Naila juga waktu itu belum selesai nugas. Pakaianku belum berganti: masih pake seragam microteaching-kerudung hitam, kemeja putih, rok hitam, dan sepatu cewek (?) hitam.
Jam 11 malam, kami pulang. Aku berdamai dengan egoku untuk tidak memaksakan kehendak; memberi ruang otak dan hatiku untuk istirahat sejenak. Dan ketika aku terbangun pagi hari sekali, kalau tidak salah sebelum subuh, yang kulakukan adalah membuka ponsel untuk membaca jurnal. Satu jurnal yang kubaca itulah yang akhirnya memberiku ide. Dan ketika kuliah aku berhasil mengutarakan ide itu dan aku mendapat masukan yang sangat bermanfaat. Syukur. Tapi, aku masih punya PR redaksi dan dua judul lain.

Di Metodologi Penelitian kemarin, aku masih belum memiliki judul yang pas. Maka ketika judul-judulku dipresentasikan, wow, bombastis. Aku dibuat sadar bahwa memang permasalahan yang kumiliki masih belibet, butuh banyak pertimbangan, dan masih abu-abu. Jadi, aku masih memiliki banyak PR. Aku harus memikirkan betul-betul permasalahn lain! Atau setidaknya, memperjelas satu ide yang sejak awal ingin kugali dan membuatnya benar-benar layak diajukan. Sedih!

Apakah kamu merasakan ini?
Memikirkan sesuatu yang sama sekali tidak ada di kepalamu? Berhari-hari mencari dan mencari tapi kamu tidak tahu sebenarnya harus mencari ke mana?
Kamu bangun tidur-inget judul skripsi.
Makan-inget judul skripsi.
Nyuci-inget judul skripsi.
Nongkrong-inget judul skripsi.
Bersin-inget judul skripsi.
Ketawa-inget judul skripsi.
Diem aja-inget judul skripsi.
Bahkan mau tidur-inget judul skripsi.
Tidurmu pun ngimpiin judul skripsi!
Bangun tidur pala lo justru nyut-nyutan! Mau meledak! Dan pusingnya tu sampai membuat dada lo sesek. LEBAY PARAH!
Hm. Apakah ini hanya kealayanku semata?
Apakah hanya aku saja yang menyikapi ini terlalu berlebihan?
I don’t know. Huft.
Siapapun… plis, tolongin :(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SO7 : Pertama dan Selamanya

FREEDAY OR ANIDAY WHATEVER

Nggak Penting~