Catatan Benda(huru)hara



Selamat Hari Raya Idul Fitri!

Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin :)

Setelah sebulan penuh umat Islam berpuasa, menahan segala godaan yang malang melintang, akhirnya hari kemenangan ini datang juga. Udah lewat malah. Dan cerita soal ramadhan nggak pernah ada habisnya.



Awal ramadhan kemarin, Risma Nurul Huda (Remaja Islam Masjid di desaku) bersepakat untuk ikut takbir keliling yang diadakan sekelurahan Tirtosari. Lewat rapat inti karang taruna, dipilihlah panitia inti dengan aku sebagai bendaharanya. Dan... Aku nggak mikir gimana-gimana. It's oke lah. Apa susahnya pegang duit.



Beberapa hari setelah rapat, semua mulai berpikir dan bekerja. Mikirin anggaran Dana, maskot, lampion, display, dll. Aku yang udah sejak awal ribut mikir urusan apapun (cie sok sibuk) rada nggak fokus sama takbir keliling. Kerjaku cuma menerima uang ketika ada yang memberi dan mengeluarkan uang ketika ada yang minta. Dan makin ke sini aku semakin sadar. Orang yang paling mumet dalam acara kaya gini tun bendahara!! Beda halnya ketika acara Buber. Karena intinya makan, yang paling ribet ya sie konsumsi. Dan aku hanya sanggup menggigit bibir ketika uang menyusut, 100  ribu pun nggak nyampe, tapi biaya buat konsumsi belum tersentuh. Semakin banyak orang yang mencariku, membutuhkanku, eh bukan, membutuhkan apa yang aku bawa, semakin frustasilah aku. Membuat ramadhanku mau nggak mau harus stay tune di desa. No plesir, no ngabur.



Belum lagi, aku punya tanggung jawab nge-handle tadarusan. Dan TPA. Dan apa lagi?



Untuk lampion, aku dan temen-temen membuatnya dari balon, yang dikasih lem kayu, yang kemudian diselubungi benang, yang akhirnya bisa kaku membentuk bulatan sempurna yang biasa disebut lampu kamar. Bayangannya sih semulus itu. Pas dicoba... Bah. Balonnya malah pada mengkerut, bener-bener kaya krupuk. But, kami nggak menyerah gitu aja. Seperti Thomas Alfa Edison, kami mencoba lagi setelah gagal.



Hasilnya.... Tetep. Kaya kerupuk. Dan kami serahkan produk gagal itu kepada Mb nova, orang penting dalam a car a -acara kaya gini tapi tahun ini nggak bisa ikut ngurus lagi karena sibuk dengan pekerjaannya. Hebatnya, kerupuk-kerupuk itu mampu menjadi bulat dan layak disebut lampion di tangannya. Subhanallah!



Dua minggu menjelang lomba, masih santai. Aku melakukan apa yang biasa aku kerjakan. Hingga aku memperoleh SMS dari Mb nova seperti ini!



"Rin sama sekali rung ono latihan nggo cah cilik2 to? Sek nganggur nang omah tolong nglatih, dilit kas lho takbir e, ojo nunggu aku po mb atun mslh e awak e dwe prei krjo yo h-1 lbaran ddi raiso melu nglatih"





Aku langsung tergerak, mengsms siapapun yang bisa kuajak bekerja sama. Minggu terakhir lebaran menjadi minggu-minggu sibuk, minggu-minggu mumet. Sampai-sampai Mamakku menegurku, "Nah, orangnya udah pulang tu... Sampe rumah mejid!"



Belum lagi berurusan dengan orang lain alias anggota lain. Ada yang kelakuannya nyebelin, nggak amanah, dan pokoknya sikapnya dia pernah bikin aku pengen nangis. Ada pula yang bikin nyesek dan menyakitkan hati. Kerja fisik dan mental. Alhasil, kesesakan itu malah aku tumpahkan pada anak-anak. Maafin ya aku khilaf, kalian ngeyel juga sih. Susah diatur :p



Tibalah waktu ketika kerja keras hampir sebulan itu ditunjukkan. Kami berangkat abis Isya. Berangkat dari rumah habis maghrib. Semua pada dimake-up (yang putri sih) dan dipakein kostum. Karena keburu-buru udah setengah delapan (ketakutan akan aturan konsekuensi apabila telat) maka jarit yang kupakaikan awut-awutan. Pas di jalan... Banyak yang jaritnya pada mlorot. Zzzz banget pokoknya. Itu juga alasan barisan kami jadi nggak rapi. Padahal katanya, dari awal juri udah mrediksi kontingen kami yang akan menang. Rapi soalnya. Semangat juga. Giliran beberapa puluh meter kemudian, semrawut! Ada yang kabur mau kencing, ada yang jaritnya mlorot, ada yang ngeluh pegel. Takbirnya udah nggak ada suaranya pula. Haih. Di sini emosiku membara lagi.



Ketika display banyak kesalahan. Tapi katanya (penonton yang bilang) bagus. Buatannya kakak KKN, ditambah kami. Diakhir, yel-yel yang kubuat di tengah kefrustasian tentang 'pemasukan dan pengeluaran' itu akhirnya dipertunjukkan. Yel-yel yang menggunakan nada 'mana di mama anak kambing saya' -___-





Masjid Nurul Huda membawa pulang juara dua. Hanya selisih koma dengan juara satu. Wow! Semua itu patut disyukuri tenth saja. Pengakuan Dari salah satu pihak juara satu, persiapab mereka sudah jauh-jauh hari sebelum ramadhan. Wajarlah. Selisih sedikit poin dengan mereka aka udah luar biasa. Siapa yang luar biasa?! Kami, pejuang Masjid, santri TPA Nurul Huda :))





Komentar

Postingan populer dari blog ini

SO7 : Pertama dan Selamanya

[ Lagi Bener ] : (Bukan Lagi) Sebuah Rahasia

FREEDAY OR ANIDAY WHATEVER